Bagi masyarakat Betawi belajar silat adalah kewajiban kedua setelah belajar mengaji yang harus dipelajari sejak masa kanak-kanak. Tak heran, ilmu silat pun berkembang di tanah Betawi dengan beragam jenisnya, mulai dari Silat Cingkrik, Silat Beksi hingga Silat Seliwa dari Bambularangan, Kalideres, Jakarta Barat. Namun, tak banyak yang tahu jika Silat Seliwa dipopulerkan oleh almarhum Haji Sama’ bin Saleh.
Konon kabarnya, Haji Sama bin Saleh ini juga keturunan langsung dari pendiri kampung Bambularangan. Beliau mewarisi aliran silat ini dari gurunya Ki Muhatim yang berasal dari kampung Gondrong, Tangerang. Tidak hanya itu, orangtua Haji Sama` adalah orang terpandang yang juga jago pukul (ahli silat) pada zamannya.
Semasa Ki Saleh masih hidup, Haji Sama` yang saat itu masih remaja bisa melakukan dan mendapatkan apa saja yang dia inginkan, tentunya karena orang sungkan terhadap kebesaran nama bapaknya. “Telunjuk gua laku, apa nyang gue pengenin gua tinggal nunjuk," ujar Haji Sama` seperti diceritakan Adam Moeslih salah satu keturunan yang masih kerabat dekat Haji Sama` kepada beritajakarta.com di pelataran halaman kantor Walikota Jakarta Barat.
Petaka datang ketika sang ayah yang dibanggakannya meninggal dunia. Haji Sama` merasa orang sudah tidak lagi “memandang” dia. Karena peristiwa itu, Haji Sama` mulai sadar jika dia ingin disegani orang, maka dia juga harus sehebat ayahnya. Maka dengan membayar dua pikul dongkrak gabah cere dan gabah ketan sebagai jaminan, dia mengajukan diri berguru kepada Ki Muhatim, guru Silat Betawi Jurus Tujuh. Belajar pukul dilakukan di pelataran rumah Haji Jibi, sebuah rumah kebaya berundak dua yang menghadap utara, di halamannya tumbuh sebatang pohon Maja. Haji Sama` bin Saleh adalah murid yang cekatan dan berani, sehingga dengan mudah ia menyerap jurus-jurus yang diajarkan sang guru.
Di samping belajar pukul, Haji Sama` juga belajar “elmu”. Di antaranya adalah Elmu Pelamuran, konon ilmu dalem ini dimiliki juga oleh Mat Item, raja garong dari Srengseng yang tewas ditembak pasukan dari Batalion Kala Hitam atas petunjuk Ki Medo tokoh masyarakat setempat di anak kali Mookervart, Kampung Duri, setelah diburu selama tiga bulan. Satu lagi ilmu yang dikuasai Haji Sama` bin Saleh adalah Elmu Kebal Aer Keras.
Kehebatan pukul Silat Seliwa jurus tujuh pernah digunakan Haji Sama` ketika dia menerima tantangan Lurah Kosambi untuk bejaban (adu tanding). “Kepelannya segede gayung, kalo kita ampe kepukul, kita bisa kaga kena nasi tiga ari," begitu Adam menuturkan kisah Haji Sama` dengan logat Betawinya yang kental.
Jurus Seliwa peninggalan Haji Sama` di antaranya, Jurus Nampan Duit, Jurus Sosot, Jurus Ketok, Jurus Gecek, Jurus Berarak Miring, Jurus Berarak Rendah, dan Jurus Sambat.
Kini, Haji Sama` telah meninggal dunia, dan tidak semua keahlian pukul Betawi serta yang dikuasainya sempat diwariskan kepada kerabatnya. Karena sampai wafat 2 Januari 2006 silam di usia menjelang 70 tahun, Haji Sama` tidak memiliki keturunan. "Kini Silat Seliwa Jurus Tujuh sudah sedikit sekali yang masih menghapalnya, mungkin begitulah akhir dari perguruan silat yang ditinggal mati guru besarnya, lama-lama meredup dan dilupakan orang," ungkap Adam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar